Renungan Kristen Sehari-hari
Mat. 6:25
6:25
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
Adaorang berpendapat bahwa usia 62 tahun adalah usia yang sangat telat untuk mencapai sebuah cita-cita. Kita tak perlu mencapai usia 62 tahun untuk percaya bahwa usia ini sangat telat untuk meraih sebuah mimpi. Pada kenyataannya, ada pemuda yang baru berusia 26 tahun ketika perasaan terlambat itu hingap. Suatu saat pemuda tersebut diajak temannya untuk masuk universitas. “Tapi aku terlalu tua” dalihnya. “Setiap orang LULUS ketika mereka berusia 22 tahun, sementara aku sudah berusia 26 dan belum memulai apapun”
Lalu temannya berkata, “Dalam empat tahun ke depan, kamu akan empat tahun lebih tua รข€“ baik kamu kuliah atau tidak. Manakah yang kau pilih, empat tahun lebih tua dengan gelar, atau empat tahun lebih tua tanpa gelar?” Kata-kata tersebut mengubah pandangan si pemuda. Ia tiba-tiba menyadari bahwa ia tak pernah terlalu tua untuk meraih mimpinya. Jadi, ia mulai kuliah. Setelah memompa semangatnya dan menyingkat masa studinya menjadi tiga tahun, ia berhasil meraih gelar yang ia idamkan, lalu memutuskan untuk melanjutkannya hingga jenjang yang lebih tinggi. Lihatlah, tak ada kata terlambat kan? Kecuali kita tidak memulai apapun.
Benarkah bahwa kita tak pernah terlalu tua untuk memulai karir baru atau membuat perubahan dramatis dalam kehidupan kita? Bagaimana jika kita berusia 72 atau bahkan 82 tahun? Apakah seusia itu kita terlambat untuk mempelajari bahasa baru? Ah, tidak juga. Dua ratus tahun lalu negarawan Roma, Cato, mempelajari bahasa Yunani pada usia 80 tahun. Bisakah kita lebih kreatif di usia itu? Bagaimana dengan Goethe? Mahakaryanya, ‘Faust’ belum sempurna hingga ia berusia 80 tahun. Dan Michelangelo berusia 71 tahuh ketika ia melukis Kapel Sistine.
Butuh contoh lebih banyak? Luigi Cornaro, seorang terpelajar dari Venesia, mulai menulis geriatrik pada usia 83 tahun. Risalah klasiknya ‘The Joys of Old Age’ ditulis [ada tahun 1562 ketika ia berusia 95 tahun! Di era modern, seorang filosof besar, ahli matematik, dan pecinta perdamaian, Bertrand Russell, berpartisipasi dan ditahan dalam sebuah demonsttasi anti nuklir ketika ia berusia 89 tahun. Dan tentu saja kita tak bisa melupakan Nenek Moses, yang mulai melukis di usia 80. Tahukan anda bahwa sekitar 25% lukisannya yaitu sebanyak 1,500 lukisan dibuatnya setelah ia berusia 100 tahun? Kemudian ada Henry Little, seorang Presiden Direktur dari The Institution for Savings di Newburyport, Massachusetts, memutuskan untuk pensiun sehingga orang yang lebih muda bisa mengambil alih. Tuan Little pensiun ketika ia berusia 102 tahun! Orang lebih muda yang ia maksud ternyata berusia 83 tahun.
Tak pernah ada kata terlambat untuk menjadi apapun yang kita inginkan.
Mat. 6:25
Mat. 6:25
Mat. 6:25
6:25
"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?
Adaorang berpendapat bahwa usia 62 tahun adalah usia yang sangat telat untuk mencapai sebuah cita-cita. Kita tak perlu mencapai usia 62 tahun untuk percaya bahwa usia ini sangat telat untuk meraih sebuah mimpi. Pada kenyataannya, ada pemuda yang baru berusia 26 tahun ketika perasaan terlambat itu hingap. Suatu saat pemuda tersebut diajak temannya untuk masuk universitas. “Tapi aku terlalu tua” dalihnya. “Setiap orang LULUS ketika mereka berusia 22 tahun, sementara aku sudah berusia 26 dan belum memulai apapun”
Lalu temannya berkata, “Dalam empat tahun ke depan, kamu akan empat tahun lebih tua รข€“ baik kamu kuliah atau tidak. Manakah yang kau pilih, empat tahun lebih tua dengan gelar, atau empat tahun lebih tua tanpa gelar?” Kata-kata tersebut mengubah pandangan si pemuda. Ia tiba-tiba menyadari bahwa ia tak pernah terlalu tua untuk meraih mimpinya. Jadi, ia mulai kuliah. Setelah memompa semangatnya dan menyingkat masa studinya menjadi tiga tahun, ia berhasil meraih gelar yang ia idamkan, lalu memutuskan untuk melanjutkannya hingga jenjang yang lebih tinggi. Lihatlah, tak ada kata terlambat kan? Kecuali kita tidak memulai apapun.
Benarkah bahwa kita tak pernah terlalu tua untuk memulai karir baru atau membuat perubahan dramatis dalam kehidupan kita? Bagaimana jika kita berusia 72 atau bahkan 82 tahun? Apakah seusia itu kita terlambat untuk mempelajari bahasa baru? Ah, tidak juga. Dua ratus tahun lalu negarawan Roma, Cato, mempelajari bahasa Yunani pada usia 80 tahun. Bisakah kita lebih kreatif di usia itu? Bagaimana dengan Goethe? Mahakaryanya, ‘Faust’ belum sempurna hingga ia berusia 80 tahun. Dan Michelangelo berusia 71 tahuh ketika ia melukis Kapel Sistine.
Butuh contoh lebih banyak? Luigi Cornaro, seorang terpelajar dari Venesia, mulai menulis geriatrik pada usia 83 tahun. Risalah klasiknya ‘The Joys of Old Age’ ditulis [ada tahun 1562 ketika ia berusia 95 tahun! Di era modern, seorang filosof besar, ahli matematik, dan pecinta perdamaian, Bertrand Russell, berpartisipasi dan ditahan dalam sebuah demonsttasi anti nuklir ketika ia berusia 89 tahun. Dan tentu saja kita tak bisa melupakan Nenek Moses, yang mulai melukis di usia 80. Tahukan anda bahwa sekitar 25% lukisannya yaitu sebanyak 1,500 lukisan dibuatnya setelah ia berusia 100 tahun? Kemudian ada Henry Little, seorang Presiden Direktur dari The Institution for Savings di Newburyport, Massachusetts, memutuskan untuk pensiun sehingga orang yang lebih muda bisa mengambil alih. Tuan Little pensiun ketika ia berusia 102 tahun! Orang lebih muda yang ia maksud ternyata berusia 83 tahun.
0 Responses
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)