Renungan Kristen Sehari-hari
Ingatkah engkau ketika dahulu engkau mulai belajar berjalan? Ketika engkau mulai melangkahkan kakimu setapak demi setapak? Ingatkah engkau, ketika engkau pertama kali memandang segala sesuatu dari kakimu yang mungil? Segala sesuatunya terasa begitu jauh dan tak terjangkau oleh tangan-tangan mungilmu. Kaki kursi maupun kaki bangku seakan-akan tongkat untuk menahanmu tetap berdiri.
Di bawah meja makan merupakan tempat favoritmu, meja makan cukup untuk menudungi kepalamu. Kau menengadah ke atas dan melihat lampu-lampu indah, kau takjub dan kagum melihatnya, lalu kau mengulurkan tanganmu untuk menjangkaunya. Tapi kau tak sanggup. Segala sesuatu nampak begitu jauh dan tak terjangkau bagi tangan dan kaki mungilmu yang berusaha untuk menggapainya.
Lalu kau mendengar sebuah suara memanggilmu. Kau mencari berkeliling dengan tertatih-tatih, tapi kau tidak menemukannya. Suara itu memanggilmu lagi. Kau semakin penasaran dan menjejakkan kakimu ke lantai cepat-cepat untuk mencari sumber suara itu. Tangan dan kaki kecilmu berusaha menjaga keseimbanganmu ketika kau berlari untuk menemukan siapa yang memanggilmu.
Suara yang begitu lembut, suara yang kau tahu berasal dari orang yang mengasihimu. Suara yang sama terdengar memanggilmu lagi, kau memandang sekelilingmu sekali lagi, tapi kau tetap tidak menemukan suara itu. Yang aku lihat disekitarmu hanyalah mainan mobil-mobilanmu yang berserakkan, 4 buah kaki kursi, sebuah balon, beberapa buah buku, krayon dan nah akhirnya, tampat favoritmu meja makan.
Kau berlari dan dan melonggok ke bawah meja makan, kalo-kalo sumber suara itu berasal dari sana. Dan kau mendengar suara itu sekali lagi, disertai dengan tawa yang lembut.
"Kemana kau mencari anakku? Lihat aku ada diatasmu."
Kau pun mendongakkan kepalamu dan melihat sumber suara itu. Ibumu berdiri di hadapanmu dan tersenyum melihatmu. Kau pun tersenyum dan berpikir "Hei, lihat aku dapat menemukanmu."
Lalu kau mengulurkan tangan mungilmu, mencoba mengapainya. Mencoba menciumnya, mencoba memegang tangannya. Namun, aduhhh!!! tanganmu tidak dapat mencapainya.
Tiba-tiba Ibumu terasa begitu jauh darimu. Ia berdiri menjulang tinggi dan tak dapat kau raih. Kau mulai kecewa dan menangis. Kau menginginkan ibumu!!! Kau ingin menciumnya, memgang pipinya, kau ingin menarik rambutnya. Kau menginginkan ibumu, tapi kau tidak dapat mencapainya ... Ibumu terasa begitu jauh.
Dan tiba-tiba kau merasa tubuhmu terangkat. Ada sepasang tangan yang memegang pinggang kecilmu. Kau melihat ibumu tersenyum dan berkata, "Nah, aku menemukanmu!" Kau mengapai dengan tanganmu, dan HEI lihat, sorakmu kau bisa memegang pipinya. Ia tertawa ketika tangan-tanganmu memegang pipinya. Bahkan ketika salah satu tanganmu menarik rambutnya ... Ia tertawa dan ia menarik kau mendekat kepadanya dan mencium pipimu. Kau tertawa kesenangan. Akhirnya kau bisa meraih ibumu. Oh tidak, akhirnya ibumu bisa meraihmu dan mendekapmu.
Berapa sering kita merasa bahwa Tuhan jauh dan tidak terjangkau bagi tangan-tangan kita? Atau mungkin kita ingin sekali menjangkaunya tapi ... upsss, tanganmu kurang panjang. Kaki-kakimu kurang tinggi untuk dapat menjangkaunya.
Pernahkah ketika kita merasa bahwa Tuhan jauh dari kita, kita berpikir dan membayangkan diri kita seperti anak kecil dengan pandangan yang serba terbatas sehingga kita tidak bisa melihat bahwa sesungguhnya kita ada dibawah kaki-Nya!!! Kita ada kurang dari 10 cm dari hadapan-Nya. Pandangan kita sangat terbatas. Tidak seperti pandangan-Nya!!! Pada pandangan-Nya kita begitu dekat, sehingga tangan-tangan-Nya bisa menjangkau dan menarik kita mendekat pada-Nya.
Bagi-Nya kita begitu dekat, sehingga bunyi nafas kita pun terdengar oleh-Nya. Ketika Ia menundukkan kepala-Nya, ada kita di dekat kaki-Nya. Ia tersenyum dan tertawa ketika melihatmu mencari-cari-Nya, padahal kau ada di dekat kaki-Nya. Dan akhirnya, ia mengangkat pingangmu, membawamu naik untuk dapat menciummu. Untuk membiarkanmu memegang pipi-Nya, untuk membiarkanmu menarik rambut-Nya. Ia ada dekat sekali denganmu. Yang kau perlukan hanyalah menjulurkan tanganmu keatas, menengadahkan kepalamu, dan Ia akan mengangkatmu ke atas. Ia akan membungkuk dan mengulurkan tangan-Nya.
Di bawah meja makan merupakan tempat favoritmu, meja makan cukup untuk menudungi kepalamu. Kau menengadah ke atas dan melihat lampu-lampu indah, kau takjub dan kagum melihatnya, lalu kau mengulurkan tanganmu untuk menjangkaunya. Tapi kau tak sanggup. Segala sesuatu nampak begitu jauh dan tak terjangkau bagi tangan dan kaki mungilmu yang berusaha untuk menggapainya.
Lalu kau mendengar sebuah suara memanggilmu. Kau mencari berkeliling dengan tertatih-tatih, tapi kau tidak menemukannya. Suara itu memanggilmu lagi. Kau semakin penasaran dan menjejakkan kakimu ke lantai cepat-cepat untuk mencari sumber suara itu. Tangan dan kaki kecilmu berusaha menjaga keseimbanganmu ketika kau berlari untuk menemukan siapa yang memanggilmu.
Suara yang begitu lembut, suara yang kau tahu berasal dari orang yang mengasihimu. Suara yang sama terdengar memanggilmu lagi, kau memandang sekelilingmu sekali lagi, tapi kau tetap tidak menemukan suara itu. Yang aku lihat disekitarmu hanyalah mainan mobil-mobilanmu yang berserakkan, 4 buah kaki kursi, sebuah balon, beberapa buah buku, krayon dan nah akhirnya, tampat favoritmu meja makan.
Kau berlari dan dan melonggok ke bawah meja makan, kalo-kalo sumber suara itu berasal dari sana. Dan kau mendengar suara itu sekali lagi, disertai dengan tawa yang lembut.
"Kemana kau mencari anakku? Lihat aku ada diatasmu."
Kau pun mendongakkan kepalamu dan melihat sumber suara itu. Ibumu berdiri di hadapanmu dan tersenyum melihatmu. Kau pun tersenyum dan berpikir "Hei, lihat aku dapat menemukanmu."
Lalu kau mengulurkan tangan mungilmu, mencoba mengapainya. Mencoba menciumnya, mencoba memegang tangannya. Namun, aduhhh!!! tanganmu tidak dapat mencapainya.
Tiba-tiba Ibumu terasa begitu jauh darimu. Ia berdiri menjulang tinggi dan tak dapat kau raih. Kau mulai kecewa dan menangis. Kau menginginkan ibumu!!! Kau ingin menciumnya, memgang pipinya, kau ingin menarik rambutnya. Kau menginginkan ibumu, tapi kau tidak dapat mencapainya ... Ibumu terasa begitu jauh.
Dan tiba-tiba kau merasa tubuhmu terangkat. Ada sepasang tangan yang memegang pinggang kecilmu. Kau melihat ibumu tersenyum dan berkata, "Nah, aku menemukanmu!" Kau mengapai dengan tanganmu, dan HEI lihat, sorakmu kau bisa memegang pipinya. Ia tertawa ketika tangan-tanganmu memegang pipinya. Bahkan ketika salah satu tanganmu menarik rambutnya ... Ia tertawa dan ia menarik kau mendekat kepadanya dan mencium pipimu. Kau tertawa kesenangan. Akhirnya kau bisa meraih ibumu. Oh tidak, akhirnya ibumu bisa meraihmu dan mendekapmu.
Berapa sering kita merasa bahwa Tuhan jauh dan tidak terjangkau bagi tangan-tangan kita? Atau mungkin kita ingin sekali menjangkaunya tapi ... upsss, tanganmu kurang panjang. Kaki-kakimu kurang tinggi untuk dapat menjangkaunya.
Pernahkah ketika kita merasa bahwa Tuhan jauh dari kita, kita berpikir dan membayangkan diri kita seperti anak kecil dengan pandangan yang serba terbatas sehingga kita tidak bisa melihat bahwa sesungguhnya kita ada dibawah kaki-Nya!!! Kita ada kurang dari 10 cm dari hadapan-Nya. Pandangan kita sangat terbatas. Tidak seperti pandangan-Nya!!! Pada pandangan-Nya kita begitu dekat, sehingga tangan-tangan-Nya bisa menjangkau dan menarik kita mendekat pada-Nya.
Bagi-Nya kita begitu dekat, sehingga bunyi nafas kita pun terdengar oleh-Nya. Ketika Ia menundukkan kepala-Nya, ada kita di dekat kaki-Nya. Ia tersenyum dan tertawa ketika melihatmu mencari-cari-Nya, padahal kau ada di dekat kaki-Nya. Dan akhirnya, ia mengangkat pingangmu, membawamu naik untuk dapat menciummu. Untuk membiarkanmu memegang pipi-Nya, untuk membiarkanmu menarik rambut-Nya. Ia ada dekat sekali denganmu. Yang kau perlukan hanyalah menjulurkan tanganmu keatas, menengadahkan kepalamu, dan Ia akan mengangkatmu ke atas. Ia akan membungkuk dan mengulurkan tangan-Nya.
Jika kau merasa begitu jauh dari-Nya, INGAT KAU ADA DIDEKAT KAKINYA!
0 Responses
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)